Zellena kira, harapannya akan pupus begitu saja. Zellena kira, waktu terbaik untuk merayakan ulang tahunnya akan terlewat begitu saja tanpa momen.
Kericuhan dan keramaian mengisi seisi kamarnya tanpa aba-aba usai Zellena menemukan posisi nyamannya untuk tidur. Pintu kamarnya terbuka begitu kasar, menampakkan Eldin — yang membuka pintu — diikuti oleh beberapa orang terdekatnya: Papa, Mama, Sean, Kana, dan Salasa. Zellena langsung terduduk kaget, matanya melotot lebar dan jantungya serasa mau copot saat mereka memasuki kamarnya sembari berteriak kompak,
“Happy sweet seventeen, Zellena!” ucapan kompak ini menggema memenuhi kamarnya. Lagu ulang tahun juga mereka nyanyikan bersama-sama.
Mama dan Salasa berdiri di hadapan Zellena sembari memegang kue. Mereka tersenyum lebar sekali. Usai lagu selesai, Mama meminta Zellena untuk meniup lilin berbentuk angka satu dan tujuh.
Lilin sudah mati. Dengan rasa senangnya, Zellena memperhatikan keluarganya satu persatu. Mereka semua menggunakan topi ulang tahun bergambar My Little Pony. Zellena terkekeh, “lucu.”
Papa memaikan Zellena topi itu juga. Setelahnya ia memeluk si bungsu, sembari dibisiki ucapan ulang tahun dan beberapa doa-doa baik. Mama ikut memeluk usai Papa selesai, perempuan itu memeluk sang anak dengan erat. Mama menintikkan air matanya di bahu Zellena, tetapi segera dihapus agar tidak terlihat.
“Foto dulu, yuk,” ajak mama setelah selesai dengan rasa harunya. Mama meminta Zellena untuk memegang kue yang tadi ia dan Salasa bawa. Ukuran kue itu tidak terlalu besar, Zellena mampu untuk memegang keduanya.
Mereka memutuskan berfoto di ruang TV di depan kamar Zellena yang lebih luas. Kana yang bagian mengatur posisi dan mengatur kamera. Laki-laki itu sudah menyiapkan kamera besarnya dari rumah.
“Bang Se, tukeran posisi, deh, sama Eldin.” Kana mengatur.
“Nah, cakep. Eh, geser kanan dikit. OKE!” Kana mengangkat jempolnya saat posisi fotonya sudah rapi. Ia menekan tombol bidik kamera, setelahnya langsung ngibrit ke posisi yang sudah tersedia untuknya.
Senyum lebar masing-masing tercetak di wajah mereka. Senyum penuh rasa bahagia. Mereka mengambil foto dengan jumlah yang banyak. Momen sweet seventeen Zellena tidak akan terulang lagi, bukan? Zellena dan keluarganya harus menyimpan kenangan ini dengan baik.
Sehabis berfoto, mama dan papa berpamit untuk turun ke bawah. Orang tua itu memberikan waktu bebas untuk para pemuda ini.
Sean langsung menarik Zellena untuk berdiri di tengah ruangan kala mama dan papa sudah tidak terlihat. Selepas itu, Sean dan tiga orang lainnya langsung bergandengan tangan. Mereka melingkari Zellena dengan senyum lebar yang masing-masing tercetak di wajahnya. Zellena mengernyit heran.
“Siapa yang udah 17 tahun?” Sean memberi aba-aba dengan sedikit teriak. Laki-laki itu juga menuntun tiga orang lainnya untuk mengangkat tangan mereka tinggi-tinggi.
“ZELLENA AGHY!!” ketiganya menjawab kompak sembari membanting tautan tangan mereka ke bawah. Kemudian mereka berputar dengan lompatan kecil mengelilingi Zellena.
Kelakuan tidak terduga.