Someone has gone.

ruby
2 min readDec 10, 2022

Content warning: death

Zellena langsung bergegas mengganti baju dan menghubungi Kana usai membalas pesan Biru. Ia ke rumah sakit dengan Kana dan sang Ibu — Mama Gina. Zellena berkali-kali mengatur napasnya. Ia gelisah, hatinya tidak tenang.

Kana yang berada di kursi belakang terus mengusap bahu Zellena guna memberikan ketenangan. Mama Gina yang sedang menyetir pun beberapa kali ikut menenangkan putrinya.

Sesampainya di rumah sakit, Zellena dan Kana langsung mencari Salasa mengikuti informasi Biru dan resepsionis.

Hanya ada Salasa dan Biru di sana, di depan ruang ICU. Salasa yang menangis dan Biru yang menjadi penenang. Entah gimana Biru bisa ada di sini, tidak ada yang peduli dengan itu.

“Sal.”

Mendengar itu, Biru dan Salasa kompak menoleh. Biru langsung bangkit dan menjauh, memberi ruang untuk Zellena dan Salasa.

Salasa lansung berhambur ke pelukan Zellena. “She’s gone, Zel,” ucap Salasa dengan suaranya yang parau. Perempuan itu sudah terlalu sesak.

Zellena mengangguk dan semakin memeluk Salasa erat dan akhirnya menangis. Dua perempuan itu menangis bersama.

Tiga orang di belakang mereka hanya bisa menatap dua sejoli itu. Kana sedari tadi hanya diam, ia tidak berani mendekati Salasa karna takut pertahanannya runtuh.

Mama Gina ikut memeluk Salasa usai pelukan Zellena dan Salasa selesai. Mama Gina mengusap punggung Salasa lembut, memberikan kehangatan dan ketenangan lewat sana.

Salasa membutuhkan ini, ia membutuhkan pelukan dari sosok Ibu. Air matanya kembali mengalir deras di pelukan Mama Gina.

Butuh waktu bermenit-menit untuk membuat Salasa tenang dan mereka tidak masalah dengan itu.

“Salasa sendirian di sini? Sudah kasih tau keluarga belum?” Mama Gina bertanya usai Salasa lebih tenang. Mama Gina membutuhkan informasi mengenai keluarga Salasa.

“Iya aku sendiri. Mama, Sus Lisa sama Pak Dodo udah on the way, Papa lagi Bandung, aku baru kasih tau mereka.”

Mama Gina kembali membawa Salasa ke dalam pelukannya. “Salasa yang kuat, ya. Salasa boleh nangis, Salasa boleh sedih, tapi jangan larut, ya, Salasa. Kami semua turut berduka cita atas meninggalnya Oma.”

“Oma udah nggak sakit ya, Sal? Mungkin menurut Tuhan, ini yang terbaik untuk Oma.” Mama Gina terus menerus memberikan ketenangan untuk Salasa yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.

Salasa mengangguk. Ia tersenyum dengan mata sembabnya. Menatap satu persatu manusia yang ada di sekelilingnya. “Makasih, ya, semuanya. Tante, Zel, Kana, — Kak Karel. Makasih banyak.”

--

--

ruby
ruby

No responses yet