Pasar dan Biru

ruby
2 min readDec 10, 2022

“Beli pukis dulu, ya, Kak. Abis itu kita pulang.”

Biru mengangguk, menuruti. Sebenarnya Biru daritadi selalu menuruti Zellena, ia tidak banyak mengeluarkan suara untuk hal lain selain ngobrol, bercanda dan menertawakan apa yang bisa ditertawakan bersama adik kelasnya ini. Kakinya sudah pegal lantaran pergi dari satu penjual ke penjual lainnya berkali-kali, mungkin seisi pasar ini sudah dilewati, pikirnya begitu, tetapi ia tidak mengeluh, protes atau merengek 'kapan pulang?’

“Pegel, ya, Kak?” Tanya Zellena iseng.

Biru tidak bisa berbohong. “Lumayan,” jawabnya.

“Lagian sih nggak mau ikut mama duluan.”

Biru tidak merespon yang itu, ia langsung mengganti topik. “Ternyata gini ya kalo ikut cewe belanja ke pasar.”

Zellena terkekeh. “Gini gimana?”

“Gue baru tau aja rasanya ke pasar.”

Mereka sudah sampai di lapak pukis langganan Zellena. Kecintaan Zellena sejak SMP.

“Pakde, 20 ribu, ya!!” Zellena teriak karna posisi dia ada di belakang sebab di depannya sudah banyak ibu-ibu yang melingkari lapak Pakde.

Setelah pesanan diterima Pakde, Zellena lanjut merespon Biru. “Lo nggak pernah ke pasar?”

“Pernah, tapi nggak ikut belanja. Ini pertama kali gue ikut belanja dan ternyata seru, ya …” Biru menyengir sebelum melanjutkan. “Seru bisa nawar harga dan ngobrol sama penjualnya.”

Zellena tertawa atas penuturan Biru.

“Itulah keuntungan belanja di pasar.”

“Ajeeelll.” Pakde tiba-tiba memanggil, mengambil atensi keduanya. Keramaian di depannya sudah berkurang, jadilah mereka maju ke depan.

“Pakde!”

“Sama siapa, Jel? Tumben nggak sama Mama?” Pakde bertanya sambil menunjuk Biru.

“Mama udah ke mobil duluan. Ini temen aku.” Zellena menjawab begitu akrab.

“Temen apa pacar, Jel?” Pakde meledek.

“Maunya, sih, pacar, Pakde.” Jawaban tak terduga Zellena bikin Pakde dan ibu-ibu yang tersisa tertawa terbahak-bahak. Mereka seperti ngobrol dengan teman.

“Anak muda jaman sekarang kalau lagi jatuh cinta lucu, ya.” Salah satu dari ibu-ibu di sana menimbrung. Obrolan mereka mengalir begitu saja.

Hanya Biru yang bergeming karna ia kaget. Entah kaget dengan kelancaran obrolan mereka, keberanian Zellena menjawab itu atau … jawaban Zellena sendiri. Biru tidak tahu.

Tapi Biru being Biru, tidak berekspresi dan membiarkan rasa kaget itu ia nikmati sendiri.

“Kak, udah pegel banget, ya? Sini tas belanjanya.” Zellena ikut memegang tali tas belanjanya, bermaksud untuk mengambil alih tapi Biru menolak. Membantu Zellena adalah inisiatif dia sendiri.

Zellena mendengus dan melepaskan tangannya dari sana. Selama belanja, Zellena tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya, senyumnya berkali-kali menghiasi wajahnya. Ke pasar hari ini sama sekali tidak membosankan sebab ada Biru. Obrolan dan candaan Biru tidak membuat Zellena merasa capai mengelilingi pasar.

“Gue nggak pernah seseneng ini waktu ke pasar, Kak. Biasanya kalo gue udah pegel, gue bakal bosen. Tapi sekarang pegel aja nggak”

“Kok bisa?”

“Soalnya ada lo, hehe.”

--

--

ruby
ruby

No responses yet