After Party

ruby
3 min readFeb 10, 2023

--

Cr: Pins

Jam menunjukkan pukul 10 dan acara sudah selesai sejak pukul 8 malam. Sesuai yang dibilang Zellena bahwa acara ulang tahunnya hanyalah acara kecil-kecilan. Tidak terlalu ramai dan mengundang banyak orang. Zellena hanya mengundang beberapa keluarga dan teman-teman terdekatnya.

Tersisa para anak muda di sini. Zellena, Sean, Biru, Kana, Salasa, Eldin, dan Aksel duduk di atas bean bag guna merenggangkan otot-otot tubuhnya. Mereka semua habis bergotong royong membersihkan barang-barang dan sampah-sampah bekas acara.

Krruukk.

Perut Aksel berbunyi memecah keheningan, membuat orang disekelilingnya langsung menoleh. Laki-laki itu menyengir sembari mengusap perutnya. “Sorry, cacing gue emang gampang minta makan.”

Zellena tertawa, kemudian berdiri dan melangkah menuju dapur guna melihat apakah ada makanan yang masih layak untuk dimakan. Tapi sayang, Dewi Fortuna sedang tidak berpihak pada Aksel. Yang tersisa di dapur Zellena hanya sisa bekas masakan dan makan orang lain.

“Nggak ada yang bisa dimakan lagi, Kak. Adanya daging mentah di kulkas, mau?” Zellena menawarkan, bercanda.

“Kalo gue ada keturunan Galang, nggak perlu ditawarin, Zel.” Aksel ikut bercanda. “Lagian nggak papa, sih. Ini masih banyak cemilan yang bisa dimakan, kok.”

Aksel dan Zellena memang baru berkenalan hari ini, tapi keakraban keduanya sudah cukup untuk disebut sebagai teman. Aksel tidak malu untuk berbaur dan Zellena juga tidak malu untuk merespon, begitupun dengan Sean, Kana, dan Salasa.

Aksel berada di sini pun atas permintaan Zellena. Perempuan itu menyuruh Eldin dan Biru untuk mengajak Aksel.

“Dagingnya boleh dimasak nggak, Zel?” Biru yang duduk di sebelahnya bertanya.

“Ya, boleh, lah. Kalo ada yang bisa masak, sana masak aja. Kasian itu dia ntar pingsan kelaparan.” Sean menyahut sembari menertawai Aksel.

“Ya udah gue olah, ya. Beef Yakiniku mau?” Omongan Biru yang ini berhasil menyita perhatian. Zellena, Sean, Kana, dan Salasa langsung menatap kompak ke arahnya, menunjukkan tatapan kaget dan bertanya-tanya. Kalau Eldin dan Aksel, sih, biasa saja.

“Hah?! Lo bisa masak??” Zellena adalah orang pertama yang merespon. Ia menatap Biru dengan alis yang mengerut dalam.

Eldin tertawa cekikikan. “Lebih bisa dari elu, Zel.”

“Serius?!” Salasa dan Kana yang kompak.

Zellena membawa Biru ke dapur kotornya. Ia mengambil daging, beberapa bahan, dan barang yang dibutuhkan Biru untuk memasak. Saat bahan dan peralatan sudah siap, Zellena kembali menatap Biru dengan tatapan menodong, seolah masih tidak percaya kalau laki-laki yang berada di depannya pandai memasak.

“Lo beneran bisa masak?”

Biru ketawa kecil sembari mengangguk. “Bisa, Zelle. Kalau nggak percaya, temenin gue di sini.”

Zellena tentu tidak akan menolak. “Oke!!”

Selama Biru memasak, Zellena hanya diam memperhatikan lelaki itu. Ia tidak diperbolehkan untuk membantu sebab Biru ingin membuktikan kalau ia benar-benar bisa memasak. Dari belakang sini, Zellena bisa melihat punggung Biru yang lebar. Postur tubuh Biru dari belakang terlihat sangat nyaman untuk dipandang.

Zellena sudah berkali-kali tenggelam dalam pandangannya. Melihat Biru lagi memasak seperti ini bikin jantungnya berdegup kencang. Zellena juga tak mampu untuk tidak memotret punggung Biru.

Selagi menunggu daging dimarinasi, Biru memutuskan untuk duduk di sebelah Zellena. “Beli Jeans-nya mau kapan?” tanyanya tiba-tiba.

Zellena mendelik bingung. “Hah? Beneran mau beliin?”

Biru ikut bingung. “Loh? Kenapa nggak?”

“Kirain gue bercanda. Soalnya gue bilang mau kadonya juga bercanda.”

“Ya udah, diseriusin aja.”

Tidak ada yang salah dari jawaban Biru, tapi Zellena seperti salah tingkah. Entah apa yang membuat pipinya tiba-tiba memanas.

“Hmm …” Zellena pura-pura mikir untuk mengalihkan rasa saltingnya.

“Gue udah nyimpen di keranjang olshop, sih, kayaknya beli di situ aja,” jawabnya kemudian.

Biru ketawa kecil. Ketawa kecil yang ganteng. “Oke, nanti gue transfer, ya.”

“Duh …”

--

--

ruby
ruby

No responses yet